Selasa, 15 September 2015

......janga mau dimiskinkan lidah

"Makan apa mas", sambutan manis si penjual nasi di pinggir selokan dekat pasar burung Karimata Semarang padaku siang itu. "Nasi rames aja mbak", jawabku enteng tanpa liat apa sih sajian yg ada di rak rak sayuran yg ada di bawah terpal biru khas makanan pinggir jalan. 

Ya, inilah tempat kesukaanku kalo mau makan siang selepas melepas lelah setelah ngobrol dengan penjual burung di lantai dua pasar burung Karimata Semarang. Obrolan macam macam, mulai dari pasar Johar yg terbakar hingga foto selfie ketua DPR, mulai dari rawatan pleci hingga bagaimana memperlakukan rekan kerja, emang mereka tau itu semua. Eh jangan salah, mereka itu tampilannya aja yg penjual burung, tp isi kepala bole diadu, banyak ide ide cemerlang saya malah "dibidani" oleh mereka, gak percaya kan !

Ah kalo itu gak usah dibahas, paling enak bahas ttg makanan. Ya nasi rames, kata itu sering sekali terucap di bbrp warung makan pinggir jalan, ya memang warung yg saya sering kunjungi itu memang warung pinggir jalan yg hanya mampu menampung 6 orang saja, itupun saling himpit. 

Nasi rames, mungkin gak ada standarisasinya, entah campurannya apa aja, yg penting nasi, sayur dan kuah, itulah nasi rames. Eit jangan salah, nasi rames itu ada dua tipe lho, rames sayur sama rames mie, nah mana lauknya. Rames itu cuman campuran nasi dan sayur aja, lauk beda perkara, biasanya pertanyaannya ditambah, "ramesnya pake apa", nah ini dia.....

Nasi rames di langganan saya itu gak mahal, bole dikata amat sangat murah, dengan sayur kesukaan saya plus sambal hanya rogoh kocek 3500 perak. Tapi jangan tanya lho, mana garpunya, mana tisue nya, ada toilet gak, ato ada wastafel gak. Wah yo gak ada itu semua, tp jangan sangsikan kelezatan masakannya, wah maknyus dan wuenak. Palagi kita makan dengan ditemani pengemudi becak yg lahap bener makannya, jadi ikutan lahap nie. 


Ya, itulah essensi makan. Makan itu utk nutrisi, trus tubuh yg akan gunakan pemecahan energi yg dihasilkan oleh metabolisme tubuh sehingga semua aktivitas ter cover semuanya. Ah kalo aq gak masuk mulut makanan itu, lha kok gak bisa, banyak orang bilang "teste" nya kurang siiip, enakan makan di foodcourt. Itulah kita, kita dimiskinkan oleh lidah dan rongga mulut. Buat apa bayar mahal mahal hanya untuk memuaskan sebuah rongga didalam mulut, untuk apa ?Nutrisi, gizi dan energi di warung pinggir pasar td malah berlebih, nyatanya tukang becak makan disitu sehari dua kali juga sehat, kuat dan energik. Buat apa bayar ratusan ribu untuk semangkok makanan bila tigaribu limaratus rupiah saja sudah cukup, kenyang dan sehat, toh esoknya keluarnya juga sama.

Ayo, jangan mau dimiskinkan dengan lidah, mata dan mulut. "Mereka" yg harus nurut kita, kita makan untuk sehat, kuat dan energik bukan untuk memanjakan mulut, lidah dan mata, camkan itu !!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar