Kamis, 24 September 2015

Pelajaran dalam sepotong daging

Gema takbir hari ini dan dua hari kedepan terdengar membahana di telinga. Suatu pembelajaran harus terjadi bagaimana sebuah momentum besar ini terlaksana, karna anak akan terus menurunkan cerita ini ke anak nya, anak ke cucu nya, cucu ke cicit nya dan seterusnya.

Sebuah kesalahan terhadap pembelajaran ini akan berakibat pada salahnya pemahaman pada anak turunnya, oleh karna itu berhati hatilah dalam memaknai sebuah hari agung ini. 

Bagi saya, idul adha adalah hari keikhlasan berbeda dengan idul fitri yg merupakan hari kemenangan. Ikhlas pada tataran tertinggi dengan harta dan semua yg kita miliki, karna semuanya asalah amanah dari Allah dan sudah selayaknya kembali kepada beliau. Berkurban bagi saya adalah sebuah pembelajaran ikhlas kepada anak tp tidak menyentuh dasar sombong utk ikhlaskan sesuatu, oleh karna itu biasanya saya melakukan bbrp kegiatan utk hadapi hari nan agung ini, diantaranya : 

1. Pilih hewan kurban yg disukai anak
Kita ajak anak kita ke tempat penjualan hewan kurban, usahakan yg sesuai kocek kita. Dan biarkan anak kita memilih yg dia sukai, asal masih dalam batas kocek kita gak masalah. Kalo lebih dari budget, beri pengertian bahwa hewan yang lebih murah juga memiliki keunggulan tanpa menyebut kata MURAH. Dan ingat, waktu membeli hewan kurban ini sangat tidak pantas menawar dengan berlebihan, apalagi di depan anak, dia akan berpikiran ayahnya memakai hitung hitungan ekonomi dalam beribadah. 


2. Usahakan anak suka dengan hewan kurban itu dan biarkan dia berinteraksi. Biarin kotor, biarin dia kasih makan kambing itu atau minta foto dengan kambing itu, gak masalah. Karna perasaan memiliki akan muncul disini, munculkan dengan ke akuan dia, "ini kambingku lho", biar anak bicara seperti itu, ada kebanggan yg muncul dari dalam jiwa nya, tentu saja jangan melebihi batas sombong atau ujub. 


3. Ajak anak kita melihat penyembelihan kambing. Di kondisi inilh titik balik itu terjadi, dia kita hempaskan, sesuatu yg baru saja dia dapatkan dan dia banggakan harus direnggut dan dikorbankan di hari nan agung ini. "Nak, bukan darah dan daging yg sampai kepada Allah, tp rasa ikhlas mu ketika kita diperintah menyembelih kambing", kita perlahan bisikkan kata itu sembari melihat kambing kebanggaannya dipotong.


4. Perhatikan utk tidak mengambil lebih dari sepertiga bagian kita. Ketika kambing sudah dipotong, kita beri pengertian kepada anak kita, "Nak sudah tunai tugas kita, saat ini, kambing itu hanyalah seonggok daging yg tidak lagi diperlukan oleh kita, biarlah itu dibagi utk warga sini, agar semuanya merasakan kebesaran hari ini, kita cukup satu kaki, kaki kanan belakang, itu lebih dari cukup nak". Setelah kita hempaskan dengan keikhlasan, saat ini kita hempaskan dengan kebersamaan, bahwa hari ini adalah hari besar seluruh umat muslim, bukan kita saja yg merayakannya. 


5. Setelah kita pulang membawa bagian kita, kita turuti apa mau anak kita. Biasanya anak anak pingin bakar sate, kita persiapkan semuanya, libatkan anak kita mulai dari motongin daging, nusukin hingga membakarnya. Kotor biarin, nanti gak mateng biar, nanti gak rapi potongannya, gak masalah. Kalo mau mateng, enak san rapi potongannya beli aja di tukang sate kambing, ini kita lakukan utk kebahagiaan dan bayaran atas pelajaran yg sudah dia dapatkan. Ajak teman, sodara dan handai tolan tuk ikut bakar sate bareng, saya yakin hasilnya gak selezat di restoran dan bersihnya juga gak sebersih di warung sate tp kebersamaan inilah yg indah. 

Hari ini adalah hari besar, dimana semua adalah titipan dan kita harus ikhlas, nabiyullah Ibrahim sudah mengajarkan bagaimana keteguhan hati beliau jalankan perintah Allah, dan nabiyullah Ismail, seorang anak yg percaya kepada ayahandanya, walau diperintahkan utk menyembelihnya, beliau berkata "Laksanakan wahai ayahku bila itu perintah Allah", subhanallah.....,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar