Minggu, 07 Juni 2009

sajen sebuah arti akulturasi

Sebetulnya itu cuma seonggok bunga yang harganya mungkin tidak lebih dari 10ribu rupiah, tapi kadang kita malas dan takut untuk mendekatinya, apalagi melakukannya, karena label dari yang menyediakan itu langsung dicap keras sekali SYIRIK. Suatu dosa yang mungkin tidak akan diampuni oleh ALLAH kecuali melakukan tobat nasyuha. Tapi apa iya seperti itu jahatnya budaya kita (jawa) memberlakukan sajen, tentu ada makna yang luhur terkandung didalamnya, yang pasti bukan SYIRIK. Karena dalam hati kecil saya ada keyakinan gak mungkin nenek moyang kita ingin anak cucunya masuk neraka semuanya.

Coba kita lihat satu ritual yang cukup sederhana saja, ketika saya berkesempatan berdiskusi dengan salah seorang abdi dalem sepuh dalam bangsal trajumas (bangsal pusaka) Keraton Jogjakarta.

Sajen dari lima macam kembang ini seringkali disebut dengan kembang liman. Menurut abdi dalem keraton Jogja tersebut, sajen kembang liman ini diciptakan dan ditradisikan oleh salah seorang walisanga yang hidup dalam lima jaman sekaligus (majapahit, demak, pajang, mataram kuno dan mataram islam) yaitu Sunan Kalijaga, ya sebuah nama yang menjadi transeter dari kejawen yang ada saat ini.

Sajen yang terdiri dari lima macam bunga yaitu kenanga, mawar merah, melati, kantil putih dan kantil kuning. Kembali menurut abdi dalem tersebut, ternyata oleh Sunan Kalijaga kelimanya tersebut dipilih bukan karena bangsa lelembut menyukai kelimanya, akan tetapi lebih dikarenakan makna simbolik yang terkandung di dalam kelima jenis bunga tersebut. Kita sebelumnya kenal bahwa Sunan Kalijaga adalah salah seorang walisanga yang sangat pandai mengakulturasikan budaya hindu dengan budaya jawa, sehingga banyak sekali orang yang hanya mengikuti kulit dari ajaran yang dimaksudkan oleh sang sunan.

Mari coba kita bahas apa hasil diskusi saya dengan abdi dalem tersebut semalaman.

Menurut beliau kelima bunga itu mensiratkan rukun Islam yang ada.

Kembang kenanga adalah bunga yang menyiratkan dua kalimat syahadat. Kenanga diambil suku belakangnya oleh sang sunan menjadi kenanga (:kenongo = kenong/kenang) sehingga dua kalimat syahadat tersebut haruslah dikanang dan tetap dipegang teguh selamanya hingga akhir hayat menjemput kita. Suatu bunga kenanga adalah memiliki lima daun bunga yang bermakna bahwa dalam memegang syahadat haruslah kita tetap memegang kelima rukun yang ada dalam rukun Islam sebagai satu kesatuan. Sehingga point pertama dalam rukun Islam selain sebagai pernyataan keimanan juga digunakan untuk mengikat keempat rukun lainnya.

Kembanga kedua adalah mawar merah. Bunga mawar ini melambangkan sholat harus ditegakkan mereah melambangkan darah, sehingga kehadiran sholat diharapkan seperti layaknya kita mengharapkan kehadiran darah dalam tubuh kita yang mnegangkut nutrisi untuk organ-organ kita, begitu layaknya sholat untuk kita, yang mampu menghantarkan nutrisi keimanan dari ALLAH untuk kita semua. Banyaknya daun bunga yang ada dalam bunga mawar melambangkan banyaknya jenis sholat dalam ajaran Islam, baik itu sholat fardlu ( 5 jenis) dan sholat sunat (banyak sekali jenisnya). Duri yang ada pada bunga mawar juga digunakan sebagai perlambang sulitnya menjalankan kewajiban ini walaupun kewajiban ini bila dihitung dengan waktu adalah sangat kecil sekali (sekali sholat kita hanya perlu waktu tidak lebih dari 15 menit) tapi alangkah susahnya kita melaksanakan seperti layaknya susahnya kita genggam tangkai bunga mawar, walau hanya ada duri-duri kecil pada tangkainya.

Kembang ketiga adalah melati. Bunga ini adalah berwarna putih, tidak ada di jawa ini bunga melati yang berwarna merah atau selain putih, sehingga sang sunan memilih bunga ini sebagai simbol penyucian diri dari segala kotoran dan dosa, point ketiga dalam rukun Islam yaitu puasa. Diharapkan seperti bunga melati yang digunakan adalah bunga melati yang masih kuncup sehingga diharapkan dengan berpuasa kita akan kembali suci seperti putihnya bunga melati dan seperti terlahir kembali seperti bunga melati yang masih kuncup. Selain itu berpuasa adalah menahan segala macam nafsu duniawi yang ada diperlambangkan dengan kuatnya kuncup melati yang melindungi organ sex (kepala sari dan putik) bunga melati.

Kembang keempat adalah kantil putih. Bunga ini cenderung digunakan kata kantil dan putihnya oleh sang sunan. Kantil dalam bahasa jawa adalah turut serta, jadi ikut apapun bila itu terbawa. Sehingga kantil putih ini adalah perlambang dari zakat. Suatu kewajiban yang harus dilakukan bila seseorang tersebut telah kaya maka ada sesuatu yang kantil (turut serta dilakukan) yaitu adalah zakat (putihnya beras dilambangkan dengan putihnya kantil). Hal inilah yang menyebabkan kembang keempat dan kelima nantinya adalah bunga yang sesungguhnya tidak wajib dilakukan oleh seorang muslim yang belum mampu.

Kembang kelima atau yang terakhir adalah kantil kuning. Seperti bunga keempat kewajiban ini akan turut serta bilamana syarat-syaratnya telah terpenuhi yaitu kekayaan (kuningnya emas dilambangkan dengan kuningnya bunga kantil) yang turut serta sehingga bila seorang muslim telah mampu maka ada sesuatu yang turut serta (kantil) yaitu haji karena secara finansial (kuning emas) telah sanggup untuk melakukan perjalanan yang jauh nan mahal.

Itulah kelima macam bunga sehingga sebetulnya bila kita melihat adanya kembang liman maka selayaknya kita tersadar kembali akan apa yang dilakukan oleh sunan Kalijaga yang mana mengajarkan Islam pada masyarakat yang tidak mengetahui baca dan bahasa verbal ketika sajen digunakan oleh agama Hindu maka sang sunan melakukan akulturasi dari ajaran ini dimasukkan kedalam sebuah pemahaman sajen.

Kembang liman merupakan suatu mahakarya hebat, itu yang terbersit dalam benakku ketika aku melihat seonggok sajen tersebut dipojokkan bangsal trajumas Keraton Jogjakarta.

5 komentar:

  1. saya sanagat jelas,faham,dan mengerti sekaligus setuju dngan uraian diatas.namun mohon saya diberikan penjaelasan mengenai keberadaan tumbal yg marak dilakukan para orang jaman dulu bahkan sampai sekarang masih menjadi tradisi trimakasih.

    BalasHapus
  2. tumbal adalah suatu pernyataan atau perjanjian yang dilakukan antara dua dunia yang berbeda, tentunya ini mengandung syarat dan makna.

    tidak perlu tumbal, suatu bentuk syarat yang diajukan oleh beberapa jin untuk kerjanya juga dilakukan, seperti senyum atau menyentuh ujung keris tiap pagi....ini adalah suatu bentuk ketaatan manusia pada jin, padahal hal tersebut tidak diperbolehkan......

    tumbal adalah suatu bentok ketaatan jadi jangan dilakukan dan tidak boleh dilaksanakan

    BalasHapus
  3. komposisi kembang pitu sama kembang sanga itu apa saja?

    BalasHapus
  4. Bila budaya bertemu dengan budaya lainnya maka akan tercipta alkulturasi yang menciptakan budaya baru.😁

    BalasHapus
  5. BPK saya hbz meninggal dan suruh nyari kembang Liman dan kembang wangi itu artinya apa?

    BalasHapus