Jumat, 21 Mei 2010

Makam Wotgaleh......

Makam itu terletak di Dusun Karangmoncol, Kelurahan Sendangtirto, Kecamatan Berbah, Sleman (tepatnya diselatan bandara Adisutjipto, bahkan katanya pembuatan bandarapun bergeser ke utara gara-gara makam ini) dikenal sebagai Makam Wotgaleh, dimana di dalam makam tersebut terdapat makam Panembahan Purubaya.

Siapa Panembahan Purubaya ?

Nama aslinya adalah Jaka Umbaran. Ia merupakan putra dari Panembahan Senopati yang lahir dari istri putri Ki Ageng Giring.

Babad Tanaha Jawi mengisahkan, Ki Ageng Giring menemukan kelapa muda ajaib yang jika airnya diminum sampai habis dalam sekali teguk, akan menyebabkan si peminum dapat menurunkan raja-raja tanah Jawa. Tanpa sengaja air kelapa muda itu terminum habis oleh Ki Ageng Pemanahan yang bertamu ke Giring dalam keadaan haus.

Ki Ageng Pemanahan merasa bersalah setelah mengetahui khasiat air kelapa ajaib itu. Ia lalu menikahkan putranya, yaitu Sutawijaya dengan anak perempuan Ki Ageng Giring. Namun karena istrinya itu berwajah jelek, Sutawijaya pun pulang ke Mataram dan meninggalkannya dalam keadaan mengandung.

Putri Giring kemudian melahirkan Jaka Umbaran (diumbar dalam bahawa Jawa artinya “ditelantarkan”). Setelah dewasa Jaka Umbaran pergi ke Mataram untuk mendapat pengakuan dari ayahnya. Saat itu Sutawijaya sudah bergelar Panembahan Senopati. Melalui perjuangan yang berat, Jaka Umbaran akhirnya berhasil mendapat pengakuan sebagai putra Mataram dengan gelar Pangeran Purbaya.

Ketika Jaka Umbaran mencari ayahnya di istana Mataram. Jaka Umbaran diterima tapi diberi sebilah keris telanjang, kemudian diminta mencari sarungnya berujud kayu purwasari. Menurut cerita, kayu purwasari itu sebetulnya perintah simbolis dari Panembahan Senopati. Purwa berarti uwa (kakak dari ibu), sari maksudnya ibu dari Jaka Umbaran (Rara Lembayung). Uwa atau kakaknya Rara Lembayung (Puteri Ki Ageng Giring) tidak lain Ki Gede Wanakusuma (Putera Ki Ageng Giring).

Saat Panembahan Senopati bertahta, Ki Gede Wanakusuma ini yang berkuasa di Giring, tidak mau tunduk kepada Mataram.

Sama seperti dilakukan Ki Ageng Mangir Wanabaya. Karena itu, Panembahan Senopati membutuhkan kematian penguasa Giring. Caranya dengan memberi perintah simbolis kepada Jaka Umbaran. Diterima jika mau membunuh ibu sendiri dan kakak dari ibunya.

Akhirnya Rara Lembayung dan Ki Gede Wanakusuma tewas oleh keris dari Panembahan Senopati. Begitulah politik, dari dulu selalu membawa korban.

Setelah itu oleh Panembahan Senopati diberi bumi lungguh Wotgaleh yang kemudian untuk makam dirinya dan anak keturunannya. Disamping itu, Jaka Umbaran juga mendapat tempat tinggal di sebelah timur Alun-alun Keraton Mataram yang sekarang menjadi Desa Purbayan. Gelar Purbaya utawa Purubaya adalah pemberian dari Panembahan Senopati.

Kanjeng Panembahan Purubaya I meninggal dunia hari Minggu Wage sore 1676 Masehi dan dimakamkan di Wotgaleh. Makamnya juga disebut Makam Wotgaleh. Penjaga makam atau jurukunci Wotgaleh ada 12 orang. Empat di antaranya mendapat gelar Suraksa dari Kasultanan Ngayogyakarta. Ini pertanda orang tersebut diwisuda menjadi abdi Kasultanan Ngayogyakarta dengan tugas mengurusi makam. Di samping gelar Suraksa, 8 orang lainnya mendapat gelar Mohamad didepan namanya sebagai tanda abdi dalem yang mengurusi Mesjid Sultoni. Mesjid ini satu komplek dengan Makam Wotgaleh.

SELAIN terdapat nisan Panembahan Purubaya dan istri, di kompleks tersebut juga terdapat makam Kanjeng Ratu Giring, Kiai Wirasaba dan lain-lain. Kompleks dipagari tembok setinggi 2 meter dengan ketebalan 40 cm. Siapa sebenarnya yang disebut Banteng Mataram itu? Dari catatan Media Komunikasi Kebudayaan Tembi edisi Mei-Juni 2003, ada dua versi tentang panglima perang Mataram itu. Versi Ki Ageng Giring seperti yang terpasang di tembok ruang tamu makam, Banteng Mataram adalah Panembahan Purubaya II. Sedang Panembahan Purubaya I ayah dari Panembahan Purubaya II, ketika muda bernama Jaka Umbaran. Kakek dari Panembahan Purubaya II tidak lain Kanjeng Panembahan Senopati (1582-1601) yang dimakamkana di Kotagede.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar